K-Hub PCVE Outlook #2
Ensiklopedia Modul Pendidikan Perdamaian di Indonesia
Pemetaan Modul Pencegahan Ekstremisme Kekerasan di Indonesia.
Dibaca dalam 10 menit
Pendahuluan
Pada 2022, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan bahwa sejak 2010, terdapat total 24 anak di bawah umur yang mendapatkan hukuman pidana karena terlibat dalam kasus terorisme. Empat di antaranya merupakan pelaku pengeboman di Surabaya, masing-masing berusia 9, 12, 16, dan 18 tahun. Tidak hanya itu, terdapat juga dua anak yang menjadi teroris asing (foreign terrorist fighter) di Suriah tanpa pengawasan orangtua, masing-masing berusia 12 dan 17 tahun (Ifan, 2022).
Temuan Kunci
Kategorisasi Modul
Berikut adalah kategorisasi paling pas untuk kebutuhanmu, yuk pilih sasaran penerima manfaatmu!
Substansi Modul Berdasarkan Kerangka RAN PE
Klik lingkaran untuk memperbesar
Penjelasan
Kesiapsiagaan
Kontra Radikalisasi
Bagan di atas ini menggambarkan frekuensi tema yang disajikan dalam modul. Semakin besar ukuran gelembung, semakin sering tema tersebut muncul.
Diagram Kategorisasi Modul PVE
Geser ke kanan untuk melihat seluruh diagramGulir ke bawah untuk melihat seluruh diagram
Rekomendasi
OMS perlu memerhatikan secara saksama tujuan, sasaran, materi, metode, dan elemen pendukung ketika akan menulis modul kegiatan untuk PVE agar implementasinya bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
Perlunya perluasan materi pada modul dari segi penanaman nilai. Penanaman nilai ini menjadi penting sebab ekstremisme kekerasan dapat terjadi akibat pelaku ekstremisme kekerasan memanifestasikan nilai-nilai yang mereka pegang teguh. Oleh karena itu, menanamkan nilai-nilai perdamaian kepada masyarakat perlu menjadi hal yang utama, sehingga mereka dapat mengaktualisasi nilai-nilai ini pada kehidupan sehari-hari. Di samping itu, jika seseorang memang telah memiliki nilai-nilai ekstrem, penanaman nilai-nilai perdamaian menjadi penting agar dapat mencegah mereka mengaktualisasikan nilai-nilai ekstrem yang dimiliki melalui kekerasan. Peningkatan keterampilan seperti pemecahan masalah menjadi kurang relevan selama masyarakat yang memiliki nilai-nilai ekstrem masih berpikir bahwa semua hal hanya bisa dilakukan dengan cara-cara kekerasan (violent). Sejauh ini, peningkatan keterampilan masih menjadi fokus banyak OMS karena implementasi metode yang mudah dan cepat diukur. Sementara itu, penanaman nilai dan pengukuran implementasinya membutuhkan periode yang relatif lama.
Perlunya memasukkan materi komunikasi sebagai salah satu materi inti dalam modul PVE karena komunikasi menjadi keterampilan dasar yang mampu menjembatani perbedaan pemahaman maupun pandangan.
Perlunya penggunaan perspektif gender dalam menyusun sebuah modul. Perspektif gender ini tidak hanya terkait substansi konten dalam modul, namun juga terkait lensa yang digunakan saat menyusun modul itu sendiri. Dalam berbagai isu pembangunan termasuk peacebuilding, terdapat empat aspek terkait gender yang perlu disorot:
a. Partisipasi yang setara antara kelompok gender. Hal ini dapat mewujud dalam pertanyaan penuntun dari fasilitator yang tidak bias gender saat mengajarkan modul dan mendorong semua orang terlibat aktif.
b. Akses. OMS perlu memastikan bahwa modulnya dapat diakses oleh semua orang terlepas dari latar belakang gendernya.
c. Kontrol. OMS perlu memastikan bahwa sudut pandang yang digunakan dalam modul inklusif secara gender. Misal, dari segi penokohan, kasus, ataupun bahasa, OMS tidak boleh mengedepankan salah satu kelompok gender seperti laki-laki saja atau perempuan saja. Ini penting sebab peserta butuh representasi yang tepat agar dapat menginternalisasi nilai dengan baik.
d. Manfaat. OMS perlu memastikan bahwa modul ini dapat membawa manfaat untuk seluruh pihak, tidak hanya kelompok gender tertentu.
Di samping itu, dari segi substansi, isu gender juga penting untuk menjadi sorotan melihat tren keterlibatan aktif perempuan dalam aktivitas ekstremisme kekerasan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Perlunya penerapan metode refleksi pembelajaran pada modul dengan memberikan pertanyaan panduan refleksi yang tepat. Metode refleksi adalah proses di mana penerima manfaat modul mengingat ulang (recall) dan merenungkan apa saja hal-hal yang telah dipelajari serta menyampaikannya kepada fasilitator. Ini menjadi kunci proses internalisasi hasil pembelajaran untuk memastikan pemelajar memahami materi dalam modul secara utuh.
Keragaman identitas fasilitator, seperti keragaman agama dan jenis kelamin perlu menjadi perhatian. Ini bertujuan agar pemelajar dapat terekspos kepada keragaman dan melakukan intergroup contact sehingga nilai-nilai yang ada pada modul memiliki representasi yang nyata dan membantu proses internalisasi nilai.
Papan Interaksi
Pilih interaksi yang ingin kamu sampaikan!
Rekan K-Hub, mari bantu kami menemukan lebih banyak modul pendidikan dari OMS terkait pencegahan ekstremisme kekerasan (PVE). Inputmu dapat memperkaya khazanah pendidikan PVE di Indonesia sehingga dapat berdampak bagi penerima manfaat yang lebih luas.
Kamu juga dapat memberikan testimoni atas K-Hub PCVE Outlook #2 ini dengan klik tombol hijau di atas.
Referensi
- European Union and United Nations (EU & UN). (2023). Compendium of good practices: Measuring results in counter-terrorism and preventing and countering violent extremism. www.un.org. https://www.un.org/counterterrorism/sites/www.un.org.counterterrorism/files/eu_un_compendium_good_practice_web.pdf
- Ifan, Theofilus Sucipto. (2022, Desember). Sedih! 24 Anak Jadi Pelaku Tindak Pidana Teroris. Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/543881/sedih-24-anak-jadi-pelaku-tindak-pidana-teroris
- Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemsetneg RI). (2021, 7 Januari). Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2021 Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
- K-Hub PVE Community. (2023, April). K-Hub PCVE Outlook #1: Melacak Dampak OMS PCVE di Indonesia. K-Hub PVE Community. https://khub.id/outlook/melacakdampak
- SETARA Institute. (2023). Laporan Survei Toleransi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) LAPORAN SURVEI TOLERANSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA). SETARA Institute. https://setara-institute.org/laporan-survei-toleransi-siswa-sekolah-menengah-atas-sma/
- United Nations (UN). (2017). Media and information literacy as a means of preventing violent extremism. www.un.org Wildan, M., & Qudus, A. M. (2022). Mainstreaming moderation in preventing/countering violent extremism (P/CVE), Pesantrens in Central Java. International Journal of Islamic Studies, 10(1), 37-74. https://www.un.org/en/chronicle/article/media-and-information-literacy-means-preventing-violent-extremism